17 November 2010

Anjing


Apa itu anjing?
Suaranya keras, menggonggong, kadang sering salah tempat.
Karenanya, kau perlu menjadi majikan, lebih superior, agar anjing bisa setia dan patuh.
Kau harus mengikat tali kekang di leher anjing.
Kunci dalam memelihara anjing: harus lebih berkuasa dari anjing.
Dan jika kau gagal menjadi majikan, anjing akan selalu galak, tidak sopan, tidak berhenti menggonggong, dan tidak mendengar.
Jangan menjadi anjing.

16 November 2010

Debat


I was a debater when I was a senior-high school student (2004-2007). Together with Betara Nik and Anggi Yonarita, we were so enthusiast in debating and on that time we got trophy as the first winner of province-level competition. There was so much fun. Out of us three, only Betara continue debating.
This writing, first draft is made on last March and revised thereafter, is one of the lesson I got from debate.
  
The point in debate competion is listening to your oppenents argument and then understanding their idea and what they’re trying to say. Contrary to the concept of communication which is a two-way process of sharing information and influencing other side reciprocally, in debate competion stage, you listen and understand to gain more strength to your stance and find every possible way to beat your opponents argument.
I’ve been in this debating world for almost two years. 
Pengalaman ini mengajarkan saya bahwa tidak hanya ada satu cara untuk melihat satu masalah, ada dua bahkan lebih cara untuk memahami satu masalah yang sama. 
Tapi kembali ke esensi dari tiap kompetisi debat, dimana masing-masing pihak berusaha untuk menguatkan posisi masing-masing. It doesn’t matter how true, how comprehensive your opponents arguments, or haw valid their fact is, in debating you have to prove that yours is the right one. Even, if you face an end-point, that your arguments is less comprehensive, the one is wrong is still the opponent.
Saya tidak berusaha untuk mengatakan bahwa "there's no good in debating." Debat disini saya ambil sebagai contoh komunikasi yang kurang tepat, yang bikin kita jadi ‘unreachable’.
Karena yang utama dalam komunikasi adalah mendengar dan memahami, tidak usah mikir kemana-mana akan memberi respon apa. Intinya denger, pahami. Beda kejadian dengan debat, kita mendengar dan memahami lawan bicara, dan menutup pintu untuk saling mempengaruhi.
Sebaliknya, konsep melihat-dari-berbagai-sisi pada debat adalah cara berpikir yang bagus. Dalam persiapan sebelum penentuan posisi pro atau kontra, ada case building. Mosi debat dikupas baik dan buruknya, bahwa tidak hanya satu cara untuk melihat satu masalah, tidak hitam-putih. Seperti salah satu line dari Onrop! Musikal, "banyak informasi pikiran terbuka."

Bagaimana? Apakah ada yang mau didebat dari tulisan ini?

Delapan Jam Terakhir


This one is written on June 24th, 2009. Over one year ago.
It was in middle of the night. I was in last hour of preparation for the upcoming oral test which would determined 50% of the GPA.
The test is called Student Oral Case Analysis, abbreviated as SOCA.
In short, you'll get one medical case, and present the case in front of two faculty member. The duration of presentation is only 20 minutes but it's been such-pain-in-the-ass-that-you-can-live-a-day-without-SOCA- preparation for months preceded. The case itself is one out of thirty case learned in the whole year. It means you have to be ready for those THIRTY since the case to be presented is drawn randomly right before the test.
At that time, I was prepared only for several case (around ten cases) and hoped The Law of Attraction would apply.

Delapan jam lagi, saya akan berada menghadapinya. Saya ingin dapat kasus Diabetes Mellitus.
I want to present Diabetes Mellitus case. I want it.
What kind of feeling do I have? What kind of feeling is it?
Inilah saat pembuktian dari delapan bulan masa masa tahun kedua ini. Tiga puluh menit persiapan dan dua puluh menit penampilan akan sangat menentukan nilai di tahun kedua ini.
Semoga besok berjalan lancar.

PS. It turned out that Diabetes Mellitus is not for me. I got an obstetrics case which I wasn't prepared for and my GPA, as well as my life, turned upside-down.
PSS. The test was on my birthday. What a birthday gift.

09 Mei 2010

Really Absurd


That me is too absurd, I'm just somehow too afraid to be straightforward.

Saya mau menulis banyak hal, tentang apa yang saya rasa. Tapi, saya seperti terkondisikan untuk menyimpan semua yang tidak enak, sendiri, sampai semua hilang. Hilang? Kadang benar-benar hilang, tapi lebih sering apa yang tersimpan dan berusaha untuk dihilangkan datang lagi tiba-tiba di waktu yang tidak disangka-sangka.
Introvert? Iya banget. Entah ini bawaan dari lahir atau sesuatu yang dipelajari tanpa sadar, tapi jadi sesuatu yang besar pengaruhnya dalam ha-hal yang saya lakuin dengan sadar. Dan akhirnya, I'm not used to express clearly what's inside my mind. Yang ujung-ujungnya, I've became markedly retarted in this feeling-expression thing.
Ya, saya merasa really retarded, bercampur dengan rasa takut akan tanggapan orang tentang pikiran dan lebih lagi tentang emosi-emosi saya, dan rasa mau bilang, "What's really happen is.."
Dan tentang tulisan ini, it's really absurd isn't it? Takut bicara, tapi saya bicara tentang ketakutan.

Anything, Please..

Tell me
anything
even if it's only a "Hi!"
it doesn't matter

Ask me
anything
even if it's a silly question
it's okay

Or, simply just buzz me
reply me
wall me
or text me

Whatever, I'll apreciate it

Have you ever hated yourself for staring at the phone?
You're whole life waiting on the ring to prove you're not alone

(Pink-Glitter In The Air)

08 Mei 2010

Wider Room

Dari dulu gw pingin punya blog yang bisa gw maintain. Tapi ya yang namanya amatiran, gw sering diserang writers-block kalau berhadapan dengan keyboard dan screen laptop untuk dengan sengaja nulis apa yang ada di pikiran.

Sepuluh jari gw sering kaku sendiri kalo harus diajak kerjasama dengan sengaja untuk bikin tulisan. Pikiran-pikiran gw lebih banyak keluar lewat tweet-tweet dan status update facebook karena lebih simpel, apa yang kepikiran langsung "di-tweet" atau "di-status". Beda dengan "blogging" karena nulis di sini harus "disengajakan".

Facebook dan twitter sebenarnya cukup memenuhi "hasrat" bagi-bagi pikiran di dunia maya. Tinggal buka browser di hape, nulis, kirim, selesai. Dan ga perlu nunggu lama untuk di respon.

Tapi, gw rasa ruang yang tersedia terbatas banget. Memang di facebook dan twiiter ide bisa dengan leluasa dibagi, tapi tidak utuh karena terbatas. Twitter terbatas 140 karakter, tulisan-tulisan di facebook "hanya" bisa dibaca orang-orang yang sudah jadi friends gw di sana, itupun kalau mereka aktif fb-an atau twitteran.

Belum lagi ditambah dengan cepatnya tenggelam status atau tweet karena harus bersaing dengan isi kepala user lain yang saling "berebut" atensi di home dua media sosial itu.

Well, now I'm trying to take care of this stranded blog again. I need wider room to contemplate my thoughts. But more than that, I have an urge to share. For now, at least I can share what's on my mind with you all. Remind mo to keep blogging, my dearest friends! :)

06 April 2010

Enough


When should we say ENOUGH?
There comes a time when we should realize whether we are capable of doing something.
We can decide to keep moving on.
But when it seems too hard and hurtful, instead of staying, amitting that it's ENOUGH is such a relief.